Minggu, 20 November 2011

Ayam Tanpa Bulu Telah Berhasil Dikembangkan oleh Para Ilmuwan

Seorang ahli genetika Israel, Avigdor Cahaner, menghasilkan genetik ayam tak berbulu pertama di dunia di fakultas genetika Rehovot Agronomy Institute dekat Tel Aviv, Israel.

Ayam dengan kulit telanjang diciptakan dengan perkawinan silang antara Ayam Broiler dengan spesies ayam yang memiliki leher tak berbulu.

Ide di belakang pengembangan ayam telanjang ini bertujuan menghasilkan spesies ayam yang lebih efisien, yaitu ayam yang bisa bertahan hidup di negara-negara beriklim panas, dengan kata lain ayam tak lagi butuh pendingin ruangan yang akan menghemat biaya pemeliharaan ayam potong.

Dan tentu saja, ayam ini tidak membutuhkan pencabutan bulu sebelum diolah, sehingga memangkas ongkos produksi di pabrik pengolahan.

Namun banyak yang menentang inovasi genetika ayam tak berbulu ini dan mengatakan bahwa perubahan tidak mendapat manfaat hewan, dan pada kenyataannya kemungkinan untuk membuat hidup ayam-ayam bugil ini lebih buruk.

Ayam jantan tidak mampu untuk kawin karena mereka tidak bisa mengepakkan sayapnya untuk keseimbangan, dan ini juga berefek pada ayam betina.

Karena ayam-ayam ini tak berbulu, ayam lebih rentan terhadap parasit, penyakit kulit, serangan nyamuk, variasi suhu dan sengatan matahari.

Profesor Avigdor Cahaner, membela ayam generasi bugil ini dengan mengatakan,
"Ini bukan ayam rekayasa genetika, itu berasal dari keturunan alam yang karakteristiknya telah dikenal selama 50 tahun, saya hanya membantunya untuk cepat tumbuh. Ayam broiler ini ayam normal, kecuali untuk fakta ia tidak memiliki bulu."

Para ilmuwan juga berharap generasi baru akan tumbuh lebih cepat karena tidak perlu menggunakan energi untuk menuumbuhkan bulu di tubuhnya, sehingga ayam akan memfokuskan makanan yang diserapnya untuk dijadikan daging sehingga ayam bisa lebih gemuk.


Berita tentang ayam berbulu pertama kali munculpada tahun 2002, dan sejak itu tidak ada lagi hal baru yang didengar. Kurangnya pembaruan di media tentang ayam khusus menunjukkan bahwa penciptaan Mr Cahaner itu tidak pernah berkembang biak secara komersial.

Inovasi genetika ayam tanpa bulu ini sebenarnya telah dilakukan sejak 2002, dan mininya berita perkembangan baru tentang ayam tanpa bulu ini menunjukkan genetika ayam bugil ini tidak bisa dikembangkan untuk pasar komersial.


sumber

Kamis, 29 September 2011

Jika para selebriti dunia menjadi gundul

Sarah Jessica Parker
http://hermawayne.blogspot.com

Michael Douglas
http://hermawayne.blogspot.com

Kristin Kreuk
http://hermawayne.blogspot.com

Tim Robbins
http://hermawayne.blogspot.com

Ben Affleck
http://hermawayne.blogspot.com

Paris Hilton
http://hermawayne.blogspot.com

Jim Carey
http://hermawayne.blogspot.com

Brad Pitt
http://hermawayne.blogspot.com

Hugh Jackman
http://hermawayne.blogspot.com

Reese Witherspoon
http://hermawayne.blogspot.com

Angelina Jolie
http://hermawayne.blogspot.com

Tom Hanks
http://hermawayne.blogspot.com

Megan Fox
http://hermawayne.blogspot.com

Whoopi Goldberg
http://hermawayne.blogspot.com

Oprah Winfrey
http://hermawayne.blogspot.com

Tom Cruise
http://hermawayne.blogspot.com

Nicole Kidman
http://hermawayne.blogspot.com

Victoria Beckham
http://hermawayne.blogspot.com

Hillary Clinton
http://hermawayne.blogspot.com

Johnny Depp
http://hermawayne.blogspot.com

Miley Cyrus
http://hermawayne.blogspot.com

Drew Barrymoore
http://hermawayne.blogspot.com

Cameron Diaz
http://hermawayne.blogspot.com

Zac Efron
http://hermawayne.blogspot.com

Robert Pattinson
http://hermawayne.blogspot.com

Jessica Biel
http://hermawayne.blogspot.com

Scarlett Johansson
http://hermawayne.blogspot.com

Jennifer Aniston
http://hermawayne.blogspot.com

Gwen Stefani
http://hermawayne.blogspot.com

Joaquin Phoenix
http://hermawayne.blogspot.com

Kalau yang di bawah ini ane lupa namanya. Bagi yang tahu silahkan tinggalkan komen.
http://hermawayne.blogspot.com

http://hermawayne.blogspot.com

sumber

Wajah Asli Monalisa


Tidak punya alis bukan suatu hal yang aneh bagi perempuan masa kini yang gemar bersolek. Mencukur habis rambut di atas mata itu sengaja dilakukan agar mempermudah mereka melukis alis yang melengkung sempurna di pagi hari yang sibuk. Tapi Mona Lisa bukan perempuan masa kini. Istri pedagang dari Florentine yang dilukis oleh Leonardo Da Vinci itu hidup pada abad ke-16. Sehingga muncul berbagai pertanyaan mengapa wanita dalam lukisan itu sama sekali tak memiliki alis, bahkan bulu mata.

wajah monalisa

Beberapa peneliti menyatakan bahwa mencabuti rambut di wajah adalah praktek umum bagi wanita beradab pada masa itu. Sebab, rambut itu dianggap tak elok dilihat. Tentu saja penjelasan ini tak memuaskan banyak penikmat senyum wanita yang penuh tanda tanya itu. Pascal Cotte adalah salah seorang di antaranya. Warga Paris ini kerap bertanya-tanya mengapa Mona Lisa berbeda dengan lukisan sang maestro lainnya. Da Vinci selalu menggoreskan alis dan bulu mata pada semua lukisannya.

Karya Da Vinci yang paling terkenal ini memang bukan barang baru buat Cotte. Pada 1969, Cotte kecil meminjam kartu pass Metro milik ibunya dan pergi ke Museum Louvre untuk melihat sendiri apa yang disebut ibunya sebagai lukisan terindah di dunia. Bocah 11 tahun itu berdiri berjam-jam di depan lukisan etrsebut, sangat lama sehingga seorang penjaga museum menawarkan kursinya.

Sudah 35 tahun berlalu, Cotte--yang kini seorang insinyur teknik--kembali menghabiskan tiga jam di depan lukisan itu. Namun, kali ini ia membawa sebuah kamera raksasa dan izin untuk mengeluarkan lukisan itu dari bingkai dan kotak pengamannya. Foto-foto hasil jepretan Cotte, termasuk mata, mulut, dan tangan yang diperbesar 20 kali lipat, dipamerkan di Metreon, San Francisco, Amerika Serikat.

Foto mata yang diperbesar itulah yang akhirnya menjawab pertanyaan Cotte. Ketika meneliti foto itu, ia menemukan selembar rambut di dahi kiri Mona Lisa, bukti sesuatu yang dulunya alis. Ada kemungkinan alis ini hilang karena pigmen cat memudar atau terhapus gara-gara upaya restorasi yang ceroboh. "Saya adalah seorang insinyur dan saintis. Bagi saya, semua harus masuk akal," ujarnya. "Tidak masuk akal bahwa Mona Lisa tidak punya alis atau bulu mata. Saya menemukan selembar rambut alisnya."

Selain menemukan alis, Cotte menciptakan reproduksi yang disebutnya definisi tinggi yang paling akurat dari lukisan yang berumur 500 tahun itu. Berkat teknik pemindaian gambar 240 juta piksel yang memakai 13 spektrum warna, termasuk ultraviolet dan inframerah, Cotte bisa menampilkan warna asli lukisan itu ketika baru selesai dikerjakan Da Vinci.

Cotte mengatakan pemindaian digital ultradetail lukisan itu memungkinkan ia menggali secara efektif menembus tumpukan cat yang berlapis-lapis dan melihat wajah asli Lisa Gherardini, wanita dalam lukisan tersebut. "Cukup dengan satu foto, Anda bisa lebih mendalami konstruksi lukisan itu dan mengerti bahwa Leonardo adalah seorang jenius," kata Cotte dalam pembukaan pameran "Da Vinci: An exhibition of Genius" di San Francisco, Rabu lalu.

Kamera supercanggih yang lahir dari keahlian Cotte dalam bidang optik dan cahaya itu membantunya memeriksa lukisan yang menjadi obsesinya. Pria 49 tahun itu memperkirakan tak kurang dari 3.000 jam dihabiskannya untuk menganalisis data hasil pemindaian Mona Lisa yang dibuatnya di laboratorium Louvre pada tiga tahun lalu.

Sensor pendeteksi cahaya dari spektrum warna sampai inframerah dan ultraviolet yang tak terlihat mata manusia itu juga mengungkapkan berbagai detail yang hilang dari lukisan tersebut. Gambar zoom in ini membuat Cotte bisa melihat perubahan posisi tangan kanan istri Francesco del Giocondo itu, yang terletak persis di perutnya.

Sebelum Mona Lisa, tidak pernah ada lukisan potret dengan posisi tangan seperti itu. Meski tak mengetahui alasan Da Vinci, banyak pelukis yang meniru posisi tersebut.

Cotte menemukan pigmen yang berada di bawah pergelangan tangan kanan sama persis dengan gambar selimut yang menutupi lutut Mona Lisa. Hal itu menjelaskan bahwa lengan bawah dan pergelangan tangan tersebut memegang satu sisi selimut. "Pergelangan tangan kanan itu terletak jauh di atas perutnya," kata Cotte. "Tapi, jika dilihat lebih dalam memakai inframerah, Anda akan tahu bahwa ia memegang selimut dengan pergelangan tangannya."

Gambar inframerah itu juga mengungkapkan sketsa yang berada di bawah tumpukan lapisan cat dan pernis. Cotte menyatakan hal itu menunjukkan bahwa Da Vinci juga manusia. "Jika memperhatikan tangan kirinya, Anda bisa melihat posisi pertama jari jemarinya serta mengubah pikiran dan melukisnya dengan posisi lain," katanya. "Bahkan Da Vinci pun punya keraguan."

Hasil analisis Cotte juga mengungkapkan warna asli lukisan itu. Waktu, pernis, dan restorasi menyebabkan lukisan yang kini tersimpan di balik kaca antipeluru itu tampak penuh dengan warna hijau gelap, kuning, dan cokelat.

Namun, foto digital 22 gigabita yang dihasilkan 13 filter warna berbeda, bukan filter tiga atau empat warna yang biasa ditemukan dalam kamera digital pasaran, mengembalikan warna asli lukisan itu. Dalam bentuk aslinya, Mona Lisa memiliki warna biru terang dan putih cemerlang. "Bagi generasi mendatang, kami menjamin Anda akan bisa melihat warna asli lukisan itu," ujar Cotte.

Meski sejumlah sejarawan seni mengungkapkan skeptisisme atas temuannya, Cotte berharap teknik baru ini bisa digunakan sebagai panduan bagi restorasi beragam lukisan kuno di masa depan. Setelah memindai Mona Lisa, Cotte membuat foto dengan resolusi supertinggi dari 500 lukisan, termasuk karya Van Gogh, Brueghel, Courbet, dan pelukis Eropa lainnya. "Untuk mengkomunikasikan warisan budaya bagi anak-anak kita, kami perlu menyediakan informasi sebanyak-banyaknya," ujar Cotte.

sumber