
- Warga menunjukkan sarang ular di samping sebuah nisan.
 
Meski sudah  lama dilepas dan dikembalikan ke tempat semula di lubang kuburan yang  ambruk, ular itu sampai sekarang masih menjadi pembicaraan hangat di  kalangan masyarakat Batumar-mar, Pamekasan.
Bahkan, sebagian besar  masyarakat Batumar-mar meyakini bahwa ular sepanjang 4 meter  berdiameter 40 cm yang ditangkap Madin (42), warga Kampung Kabe’en, Desa  Bujur Barat, Kecamatan Batumar-mar, itu sebagai ular jadi-jadian.
Warga menyebut ular  itu berjenis cobra, tetapi pengamat ular dari Fakultas Kedokteran Hewan  (FKH) Universitas Airlangga (Unair), E Joko Putranto, menduga jenis ular  itu sebagai ular sawah atau ular piton. Jika ular piton, maka ular itu  kemungkinan merupakan jenis Retikulatus. Ular ini merupakan   ular piton yang sisiknya berwarna hitam.
Selain diduga memangsa  mayat, ular berkulit hitam dan lorek putih itu dipercaya mengerti  bahasa manusia sehingga Madin, yang mengurung ular di dalam kotak kayu  berpintu kawat selama 21 hari, kemudian melepasnya kembali. Setelah  ditangkap, ular itu sempat diajak di tengah kerumunan warga. Ketika  dilepas, ular itu lebih dulu dimandikan air kembang dan airnya diminum  ular sampai habis.
“Ular itu benar-benar aneh. Tidak seperti ular biasa yang sering  kami lihat. Setiap kami melihat ular di dalam kotak, tubuh saya  merinding dan bulu kuduk berdiri. Sorot matanya memancarkan mistik,”  kata Solehoddin, warga Desa Bujur Barat.
Misdin yang sudah  empat kali melihat ular dari jarak dekat bersama puluhan warga lainnya  mengaku tidak berani lagi menatap kepala ular. Sebab setiap warga  melihat, kepala ular itu berdiri tegak dan mengembang seperti hendak  memangsa. Lidahnya menjulur keluar masuk dan tatapan matanya menyapu  pengunjung.
“Warga tidak ada yang berani mendekati makam ambruk tempat  bersarangnya ular itu. Namun jika ditemani Pak Madin, kami berani ke  sana. Hanya saja, tidak boleh berlama-lama, khawatir ular itu marah,”  ungkap Solehoddin.
Madin, yang selama ini sering menangkap ular, menceritakan bahwa  beberapa waktu lalu, sekitar pukul 09.00 WIB, ia tengah bersiap-siap  hendak ke luar kota. Tiba-tiba dari kejauhan terdengar sayup-sayup suara  seseorang minta tolong sambil memanggil namanya. Ketika Madin berlari  ke arah suara, ia melihat Raji (35) tetangganya berlari ketakutan  dikejar ular. “Waktu itu saya melihat ular mengejar dengan posisi tubuh  bagian depan berdiri dan nyaris mematuk tubuh Raji, yang mengenakan baju  putih,” kata Madin.
Kemudian, ayah empat anak itu mengadang ular dan berdiri seperti  menantang. Mendadak ular berdiri. Pada saat itu, Madin menangkap dengan  memegang kepalanya. Seketika ular yang semula memiliki diameter tubuh 40  cm meter itu tiba-tiba mengecil hampir 8 cm dan terlihat lemas seperti  tidak punya tenaga.
Berita tertangkapnya ular aneh itu mengundang puluhan warga  sekitar. Awalnya, sebagian warga meminta Madin segera membunuh ular itu.  Namun, Madin menolak karena ada sesuatu yang aneh. Menurut Madin, saat  itu ia mengatakan kepada warga bahwa dia mungkin orang yang tidak waras.  Ia meminta warga menyaksikan dirinya berdialog dengan ular.
“Hei cobra, jika kamu  benar-benar ular, maka saya dan warga akan membunuhmu sekarang juga.  Tapi jika kamu bukan ular, maka tolong tunjukkan bisa beracun dan gigi  taringmu yang tajam,” kata Madin kepada ular itu.
Ular yang semula  tubuhnya lemas dan mulutnya tertutup rapat tersebut lambat laun  menganga. “Ayo buka yang lebar, warga ingin melihat taringmu,” kata  Madin. Kemudian ular memperlebar mulutnya sehingga delapan taring gigi  atas bawah terlihat jelas.
Selama 21 hari dikurung dalam kotak kayu berukuran tinggi 75 cm,  panjang 60 cm, dan lebar 50 cm, ular itu tidak mau makan dan minum.  Padahal, Madin sudah memberi katak, belalang, dan tahu serta minuman ke  dalam kotak. “Yang membuat kami heran, tubuh ular itu berubah-ubah  bentuk. Pagi sampai siang, pukul 07.00- 12.00, tubuhnya sebesar paha.  Siang sampai magrib, tubuhnya mengecil seukuran gagang sapu. Adapun  magrib sampai pagi, tubuhnya seperti semula,” kata Madin.
Diceritakan, sejak  ular itu ditangkap, sebagian warga mengaku gelisah dan sering bermimpi  ular. Bahkan, selama ular dikurung di dalam kamar rumah kosong, hujan tidak turun. Akhirnya, warga sepakat ular itu  dikembalikan ke tempatnya di makam Mat Hasan, yang ambruk. Hasan  meninggal dua tahun lalu. Sebelum dilepas dan disaksikan puluhan warga,  ular itu dimandikan air kembang.
“Saya tahu, selama kamu dikurung, kamu tidak  makan dan minum. Ini air kembang, minumlah,” kata Madin kepada ular.  Saat itu, ular langsung meminum setengah ember air kembang sampai habis.
Anggota DPRD  Pamekasan, asal Batumar-mar, Munaji, mengatakan bahwa sebagian  masyarakat menganggap ular pemangsa mayat adalah jelmaan makhluk. “Kami  sudah mengimbau kepada masyarakat, jangan terlalu percaya dengan mitos  itu,” kata Munaji.
Pengamat ular dari Unair, E Joko Putranto, sebelumnya juga  menganggap aneh kalau ada ular cobra memakan mayat. Ia menyebut, ular  liar selalu memakan makhluk hidup. Ia menduga ular yang ditangkap  kemudian dilepaskan di Pamekasan itu adalah ular piton.
“Rasanya aneh jika  ular liar makan mayat. Dan biasanya, kalau sangat kelaparan, ular piton  masuk kampung untuk memangsa ayam atau hewan hidup yang lain, bukan  membuat liang di kuburan,” terang Joko.
Ular Pemakan  Mayat ini membuka Mulutnya Tiap Melihat Kain Putih

Warga Bujur Barat,  Kecamatan Batumarmar, Pamekasan, Madura, Jawa Timur, menangkap seekor  ular cobra berukuran panjang sekitar empat meter, yang diketahui memakan  mayat.
Ular berukuran besar dengan diameter 40 cm meter ini berhasil  ditangkap warga di pemakaman umum desa setempat, saat ular tersebut  sedang keluar dari lubang sebuah kuburan yang ambruk.
“Ular ini sebenarnya  jinak, namun ketika melihat orang yang berpakaian putih langsung membuka  mulutnya seperti hendak memangsa orang itu,” kata Kepala Desa Bujur  Barat, Rajaie.
Ular cobra berukuran besar itu diyakini sebagai pemangsa mayat,  karena di pemakaman umum Desa Bujur Barat banyak makam yang ambruk dan  tidak diketahui mayatnya.
Salah satu indikasi bahwa yang memangsa mayat warga yang hilang  di dalam kuburan di desa itu, jika ular tersebut melihat orang  berpakaian putih langsung membuka mulut dan hendak memakan orang itu.
“Mayat di kuburan itu,  kan dibungkus kain putih. Makanya begitu melihat orang berpakaian putih  langsung membuka mulut, mungkin dikira mayat juga,” ucapnya.
Banyak Jenazah Warga Hilang  Secara Misterius
Ular cobra berukuran  besar itu diyakini sebagai pemangsa mayat, karena di pemakaman umum Desa  Bujur Barat banyak makam yang ambruk dan mayatnya hilang.
“Ular ini sebenarnya  jinak, namun ketika melihat orang yang berpakaian putih langsung membuka  mulutnya seperti hendak memangsa orang itu,” kata Kepala Desa Bujur  Barat, Rajaie.
Ketua Panitia Pemilikan Kecamatan (PPK) Batumarmar 1999-2004 ini  lebih lanjut menjelaskan, sebagian warga yang familinya dikubur di  pemakaman umum Desa Bujur Barat menjadi resah.
Mereka resah, takut  familinya yang dimakamkan di situ dimangsa ular raksasa tersebut. Karena  di desa tersebut banyak mayat hilang misterius.
“Sampai saat ini kami  masih bingung tentang keberadaan ular itu. Disatu sisi jika harus  menuruti keinginan warga yang memahami secara mitos. Namun disisi lain  juga harus memperhatikan jenazah orangtua warga yang dimakamkan di  pemakaman itu,” tuturnya.
Desa Bujur Barat berada di bagian utara Kabupaten Pamekasan,  berjarak sekitar 50 kilometer dari kota berpenduduk sekitar 800 ribu  lebih tersebut.
Lokasi desa ini masuk kategori desa terpencil dan bersebelahan  dengan desa Bujur Tengah, tempat peristiwa carok massal pada tahun 2002  lalu.
Ular Pemakan Mayat Ini Bukan Mitos
Warga Bujur Barat,  Kecamatan Batumarmar, Pamekasan, Madura, Jawa Timur, menangkap seekor  ular kobra berukuran panjang sekitar empat meter, yang diketahui memakan  mayat.
Ular berukuran besar dengan diameter 40 cm meter ini berhasil  ditangkap warga di pemakaman umum desa setempat, saat ular tersebut  sedang keluar dari lubang sebuah kuburan yang ambruk.
Ular kobra berukuran  besar itu diyakini sebagai pemangsa mayat karena di pemakaman umum Desa  Bujur Barat banyak makam yang ambruk dan mayatnya hilang.
Berbeda dengan ular  cobra pada umumnya, ular kobra yang ditangkap warga Desa Bujur Barat,  Kecamatan Batumarmar, Pamekasan, itu semuanya berwarna hitam.
Sebagian warga  memahami secara mitos keberadaan ular pemangsa mayat tersebut. Pasalnya,  sejak ular sepanjang empat meter dengan diameter 40 cm itu menampakkan  diri, tidak pernah turun hujan di Desa Bujur Barat.
“Semula saya ingin  menyerahkan ular itu ke Dinas Peternakan supaya dimuseumkan di kebun  binatang, namun warga melarang dengan alasan bermimpi bahwa selama ular  tersebut tidak dilepas, Desa Bujur Barat tidak akan turun hujan,”  terang Rajaie.
Ular Pemakan Mayat Dilepas, Langsung Turun Hujan
Ular berukuran besar  dengan diameter 40 cm meter ini berhasil ditangkap warga di pemakaman  umum desa setempat, saat ular tersebut sedang keluar dari lubang sebuah  kuburan yang ambruk.
Ular cobra berukuran besar itu diyakini sebagai pemangsa mayat,  karena di pemakaman umum Desa Bujur Barat banyak makam yang ambruk dan  mayatnya hilang.
Sebagian warga memahami secara mitos keberadaan ular pemangsa  mayat tersebut. Pasalnya, sejak ular sepanjang empat meter dengan  diameter 40 cm itu menampakan diri, di Desa Bujur Barat tidak pernah  turun hujan.
Selama ular pemakan mayat itu ditangkap warga,  menurut Rajaie  di desanya memang tidak pernah turun hujan,  meski  di desa tetangganya, seperti Desa Bujur Tengah dan Desa Bujur  Timur  hampir tiap hari turun hujan.
“Begitu  ular itu dilepas pada pagi harinya  dua hari lalu, siang hari di desa  kami langsung turun hujan,” tutur Rajaie sambil  mengelengkan kepalasumber: kompas.com






0 komentar:
Posting Komentar