Konspirasi atau dalam bahasa Indonesia persengkokolan, adalah suatu rahasia, dan seringkali memperdaya, direncanakan diam-diam oleh sekelompok rahasia orang-orang atau organisasi yang sangat berkuasa atau berpengaruh (lihat : http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_persekongkolan). Cara ini terbukti ampuh untuk mengontrol sebuah pemerintahan atau gerakan yang dianggap punya potensi untuk berkembang menjadi kuat dan berpengaruh. Umunya objek yang di jadikan sasaran konspirasi tidak menyadari bahwa mereka sedang di kerjai, bahkan acap kali justru mereka meminta atau menuruti advis dari si pelaku konspirasi.
Konspirasi mempunyai daya rusak yang tidak kalah hebat dibandingkan dengan bom atom, jika bom atom menimbulkan kerusakan fisik secara nyata dalam sekejap, maka konspirasi juga menimbulkan kerusakan tetapi berlangsung pelan-pelan dan nyaris tidak terasa. Mungkin kerusakan paling parah yang ditimbulkan oleh konspirasi adalah kerusakan mentalitas : rasa tidak percaya diri, inferior.
Krisis ekonomi 1997
Banyak orang menyebutnya krisis 1998, namun saya pribadi lebih cenderung menyebut 1997, karena pada bulan ke 9 tahun itu telah terjadi gejolak kenaikan harga kebutuhan pokok.
Krisis ekonomi yang terjadi pada akhir tahun 1997 dan berlanjut pada tahun-tahun sesudahnya, mengakibatkan banyak negara miskin dan berkembang terjerembab dalam kubangan hutang yang semakin dalam. Khusus di Indonesia, krisis ekonomi tersebut menjalar ke ranah politik sehingga menumbangkan pemerintahan orde baru yang telah berkuasa sekitar 30 tahunan.
Krisi ini tidak berdiri sendiri, menurut rumor, beberapa tahun sebelum krisis, terbit sebuah buku yang memprediksi pertumbuhan ekonomi Asia Tenggara beberapa tahun kedepan. Mungkin buku lebay ini di jadikan sandaran untuk penyusunan kebijakan ekonomi oleh beberapa negara di Asia Tenggara dan mungkin juga negara berkembang lainnya, sehingga kran bagi masuknya modal asing terbuka bebas.
Celakanya pemerintah Indonesia saat itu juga termakan oleh buku tersebut, dan banyak industri bermunculan dengan meminjam modal dari pemodal asing, dan lebih celaka lagi hampir semuanya pinjaman jangka pendek. Ketika pinjaman telah jatuh tempo, pengusaha nasional tidak bisa membayar kewajiban dan terjadilah petaka itu………
Tidak dapat di pungkiri, krisis ekonomi tahun 1997 merupakan konspirasi antara para pemodal dan pemerintah asing (negara-negara industri:eropa dan AS) untuk mengeruk keuntungan dengan menghancurkan negara lain. Waktu itu yang santer di sebut-sebut adalah George Soros, yang memborong dolar dari pasaran, sehingga para pengusaha Indonesia (dan pemerintah) harus menebus satu lembaran dolar dengan harga yang selangit. Akibatnya banyak industri yang terpaksa berpindah kepemilikannya dari pengusaha Indonesia.
Tidak perlu dituliskan disini, karena bagi anda yang sudah dewasa saat itu,anda merasakan sendiri seperti apa kondisi saat itu.
Timor Leste
Terpisahnya Timor Timur dari pangkuan republik adalah hasil dari konspirasi internasional, terutama Australia dan AS. Peristiwa minggatnya Timor Timur dari rangkian republik beriringan dengan krisis ekonomi pada tahun-tahun sebelumnya, dan memaksa BJ Habibie, presiden RI saat itu, untuk melaksanakan referendum pada tahun 1999.
Keluarga para Pahlawan Seroja dan para pelaku sejarah, tidak bisa menyembunyikan kesedihannya ketika Timor Timur benar-benar terlepas dari Indonesia.
Banyak pihak yang menyalahkan Habibie atas peristiwa itu, namun saya tidak bisa menyalahkan Habibie sepenuhnya, karena beliau benar-benar korban konspirasi. Dan Indonesia saat itu memang sedang di kurung dengan kasus HAM, sehingga ketika kita sedikit bereaksi pasti akan menuai tudingan pelanggaran HAM oleh AS dan sekutunya.
Australia memang mengincar selat Timor yang kaya akan minyak, dan dia tidak pernah berhasil mengeksplorasinya karena selalu mendapat hambatan dari Indonesia yang mengklaim area tersebut harus jelas kepemilikannya antara Indonesia dan Australia. Dengan menseponsori berdirinya Timor Leste, power Australia akan lebih kuat melawan Indonesia, karena akan dibantu sekutu barunya.
Sedangkan AS kabarnya akan menjadikan Timor Leste salah satu pangkalan armada tempurnya, untuk meneruskan hegemoni sebagai polisi dunia. Namun hungga saat ini hal itu belum terbukti, atau mungkin menunggu beresnya urusan Australia di Timor Leste.
Sipadan dan Ligitan
Dua pulau yang selama pemerintahan orde baru tidak pernah menjadi sumber gejolak, akhirnya membakar emosi anak bangsa ketika dengan angkuhnya Malaysia menancapkan bendera disana. Lagi-lagi ini adalah hasil konspirasi Malaysia dan tuannya, Inggris.
Jangan dilihat luas daratan dari pulau itu, tetapi hak untuk mengelola laut sejauh 200 mil laut dari garis pantai jika pemilik pulau merupakan negara kepulauan. Jika bukan negar kepulauan, maka pemilik pulau mempunyaihak kepemilikan hingga 12 mil laut dari landas kontinen. Jelas Malaysia tidak hanya mengincar daratnnya, tetapi juga kekayaan lautnya.
Belum lagi bagi Inggris, akan lebih leluasa mengawasi wilayah Indonesia melalui negara-negara bonekanya Malaysia dan Singapura.
OPM
OPM adalah duri dalam daging bagi negara Indonesia. Saya tidak menyalahkan mereka yang menempuh cara ini untuk menuntut hak atas bumi tempat mereka di lahirkan. Tetapi gerakan ini tidak berdiri sendiri, simak pengakuan para anggota dan tokohnya yang telah berubah haluan berpihak ke Indonesia.
Sangat kuat dugaan AS dan Australia berperan dalam menjaga keberlangsungan organisasi ini. memang tidak akan ditemukan pasukan bule dalam jajaran OPM, namun tangan-tangan kotor CIA aktif memberikan dukungan secara rahasia. Dan Australia merupakan sarang dari organisasi ini di luar negeri.
Bumi Papua yang kaya adalah dasar bagi AS untuk mendukung OPM, biarpun saya rasa OPM tidak akan pernah mendapat dukungan AS secara mencolok layaknya pemerintah boneka Afganistan, tetapi aksi separatisnya sedikit banyak akan mengalihkan perhatian Indonesia terhadap upaya pemberdayaan masyarakat dan pengolahan sumber daya alam disana.
Melarnya Singapura
Entah sudah berapa pulau kita yang menghilang dari peta, bukan karena diduduki oleh tentara atau pemerintah asing. Tetapi tenggelam karena lapisan tanah dan pasirnya ngungsi ke Singapura. Hasil konspirasi pemerintah Singapura dengan pejabat korup Indonesia telah menambah luas daratan negara kota tersebut.
Ingat, jika hak pengelolaan laut adalah sejauh 200 mil laut, berarti singapura semakin mendekat ke Indonesia dan berpotensi menimbulkan ketegangan di antara keduanya. Dan jika hal itu terjadi, Singapura lebih siap dibandingkan Indonesia, karena Singapura merupakan negara dengan peralatan militer terkuat di Asia Tenggara. Bahkan kabarnya, mereka memparkir sebagian armada tempurnya di luar negeri.
Teroris
Stempel sebagai sarang teroris di Asia Tenggara yang dipaksakan menempel kepada Indonesia, merupakan salah satu alat untuk mengontrol pemerintah Indonesia. Siapa yang mengontrol? Tidak perlu disebutkan lagi!
Saya mencurigai (walaupun tidak punya bukti), mereka-mereka yang di cap sebagai teroris hanyalah boneka CIA dan mereka tidak sadar kalau sedang masuk perangkap CIA.
Sudah bukan rahasia lagi kalau CIA aktif mendukung gerakan-gerakan sempalan diberbagai belahan dunia. Ibarat orang membuat arang, CIA akan mengipasi gerakan sempalan tersebut dan ketika sudah membara dan terbakar maka dia pula yang kan menyiramkan air keatas bara.
0 komentar:
Posting Komentar